Wednesday, February 17, 2010

POLEMIK FACEBOOK

Maraknya kejahatan di dunia maya menggunakan jejaring sosial facebook, banyak mengundang kontroversi dari berbagai fihak, bahkan sebagian orang menyebut bahwa facebook bukan lagi sebagai jejaring sosial namun lebih diidentikkan kepada sebuah situs jejaring kejahatan.

Asumsi tersebut muncul mengingat maraknya kejahatan yang dilakukan menggunakan situs jejaring facebook yang banyak terdengar di media-media ataupun tersebar di situs-situs internet.

Berikut sebagian kasus yang menimpa korban akibat pergaulan menggunakan jejaring facebook :

MAHASISWI HILANG KORBAN FACEBOOK KEMBALI.

Liputan6.com, Purwakarta: Rahma Safitri kembali ke keluarga setelah sempat diberitakan menghilang di Purwakarta, Jawa Barat, baru-baru ini. Rahma ditemukan di Batam, Kepulauan Riau, setelah ditinggal lelaki yang dikenalnya dari situs pertemanan Facebook.

Ibu Rahma, Suliah tak henti-hentinya memeluk mahasiswi akademi kebidanan di Purwakarta itu. Sang ibu pun berbisik agar anaknya tak pergi lagi.

Rahma menghilang dari rumahnya di Kampung Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta sejak 28 Januari silam. Ia diketahui hilang saat akan dijemput usai menjadi saksi dalam sidang pencurian telepon temannya di Pengadilan Negeri Purwakarta. Orang tua menduga anaknya menjadi korban penculikan mengingat selama ini anaknya sering ke warung Internet hingga lupa waktu.



NAMA KORBAN FACEBOOK AKAN DIPULIHKAN

Tanjungpinang (ANTARA News) - Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Ahadi, mengatakan ia akan memulihkan nama empat orang siswa SMA 4 Tanjungpinang yang dikeluarkan akibat menghina dan melakukan pengancaman terhadap seorang guru di jejaring sosial "facebook".

"Kami akan menghubungi pihak sekolah yang menerima keempat siswa tersebut, agar guru-guru tidak menyinggung-nyinggung lagi masalah yang menimpa mereka," kata Ahadi usai bertemu dengan orang tua keempat anak tersebut di kantornya, Selasa.

Ahadi mengatakan, saat ini tiga dari empat orang anak yang dikembalikan kepada orang tuanya tersebut sudah sekolah di sekolah lain.


"YK sudah masuk ke sekolah swasta Pelita Nusantara, AN di SMA 3 Tanjungpinang, MA di SMA 5 Tanjung Uban, Kabupaten Bintan, sementara AR saat ini masih mencari sekolah di Kota Batam," ujarnya.

Dia mengatakan akan menghubungi Kepala Dinas pendidikan Kota Batam, agar bisa membantu menerima AR di salah satu SMA di Batam.

"Kami juga tidak ingin anak-anak tersebut tidak sekolah," ujarnya.

Ahadi menghimbau guru-guru di sekolah lebih meningkatkan komunikasi dengan siswa di sekolah, agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.

Orang tua YK, Mulyasari berharap Disdik membersihkan nama anak-anak mereka yang sudah dikeluarkan dari sekolah tersebut.

"Kami takut anak kami dikucilkan di sekolah yang baru," ujarnya bersedih.

Sementara YK mengaku perbuatan mereka di jejaring sosial "facebook" tersebut hanya sekedar iseng untuk berkomentar, bukan bermaksud untuk menghina atau mengancam guru yang bersangkutan.

Orang tua MA, Faizal, yang juga mantan kepala sekolah di salah satu SMA di Kabupaten Bintan, mengatakan, pihak sekolah, terutama guru, harus melihat titik permasalahan apa sebenarnya yang terjadi.

"Permasalahan yang menyebabkan hal tersebut terjadi harus dicari dan dibenahi, guru harus lebih terbuka dengan siswa, jika guru terbuka dan dekat dengan siswa permasalahan seperti ini tidak akan terjadi," ujarnya.

Dia mengatakan, anaknya MA menyesali dan meminta maaf atas perbuatannya, menurut dia MA sudah sekolah seperti biasa di SMA 5 Bintan.



KOMNAS ANAK TERIMA 100 LAPORAN

Kasus remaja yang hilang sebagai imbas dari pertemanan di situs jejaring sosial Facebook makin menjamur. Hingga kini, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) telah menerima lebih dari 100 laporan. ABG hilang. "Ini fenomena gunung es. Facebook telah menjadi varian anak dan remaja," kata Ketua Komnas PA Seto Mulyadi di Depok, Jawa Barat, usai menghadiri seminar di Universitas Indonesia, Selasa (16/2). "Di sisi lain, hal ini menunjukkan minimnya komunikasi antara orangtua dan anak mereka yang tengah menginjak usia remaja."

Kasus remaja hilang, baik itu yang pergi dari rumah dengan kesadaran sendiri maupun yang menjadi korban penculikan setelah berinteraksi dengan "teman" melalui Facebook (juga Twitter), dijelaskan Kak Seto (panggilan populer Seto mulyadi - red), paling banyak terjadi di Jakarta, Surabaya, Solo, dan Medan. "Kalau zaman dulu kan masih pakai surat-suratan atau orari. Kalau sekarang, anak lebih senang lari dari orangtua," sebutnya.

Kak Seto dalam kesempatan itu juga menyayangkan kasus empat siswa di SMUN 4 Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang dikeluarkan dari sekolah, karena dianggap menghina gurunya lewat status yang mereka itulis di Facebook. Seharusnya, menurut Kak Seto, guru justru perlu menginstropeksi diri agar mendapat penilaian positif dari para siswanya.

Keempat siswa itu sendiri kini sudah diterima di sekolah lain. Kepala Dinas Pendidikan Tanjungpinang, Kepri, Ahadi mengatakan, mereka diterima di empat sekolah berbeda, yakni SMU 5 Bintan, SMU Pelita Nusantara, Tanjungpinang dan SMU Negeri 3 Tanjungpinang. "Sedangkan yang seorang lagi pindah ke SMU di Batam. Saya lupa nama sekolahnya. Saya sendiri akan mendatangi tempat sekolah baru mereka untuk memberikan pengertian kepada guru agar tidak mengungkit masa lalu mereka. Apa lagi anak-anak itu sendiri sudah mengakui kesalahannya dan telah menyesali apa yang mereka perbuat. Karena itu jangan ada lagi yang mengusik persoalan facebook itu," tandasnya.



ANDINI DIDUGA KORBAN FACEBOOK

Kesedihan menyelimuti keluarga pasangan Hadi Sutrisno 44, dan Lilis 39. Putri bungsu mereka, Andhini Cahya Tresna menghilang dari rumah sejak Sabtu (6/2) lalu. Semula murid kelas VI SDN 027 Loa Bakung itu pamit untuk belajar kelompok ke rumah teman. Namun, siapa sangka kepergian Andini itu justru menjadi pertemuan terakhir dengan keluarga.

Lilis sedang berjualan nasi tempe penyet di Tepian Mahakam ketika putrinya berpamitan kepada sang nenek hendak belajar kelompok. "Sabtu (6/2) sore sekitar pukul 18.00, Adik (Andini) berpamitan kepada neneknya di rumah untuk belajar kelompok. Saya dan bapaknya sedang berjualan di Tepian," kata Lilis.

Sekitar pukul 22.00, Lilis pulang ke rumah dan menanyakan ke mana Andini pergi kepada mertua perempuannya. Dia segera melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian malam itu juga.

Bocah yang memiliki badan bongsor dengan tinggi 165 cm ini membawa ransel hitam berisi laptop Toshiba merah, handphone Nexian dual GSM dan tiga lembar baju. Dia pergi mengenakan jaket pink dan celana jins. Sebulan terakhir, Andini suka bermain facebook dengan teman-teman sekelasnya.

Bahkan, bocah perempuan ini kerap chatting bareng pacar kakaknya, Nadia. "Saya sempat chatting terakhir sama Andini, Minggu (10/2) malam. Tapi, saya curiga percakapan dalam akun facebook-nya itu bukan ditulis Andini sendiri. Gaya bahasa yang dituturkan seperti orang dewasa," jelas Nadia. Bahkan, ia sempat menanyakan posisi Andini. "Dia (Andini) menjawab belum mau pulang. Dia ingin sendiri dan menenangkan diri. Sekali waktu, dia bilang saat ini berada di surga," tutur Nadia.

Beberapa kali, keluarga mencoba menghubungi ponselnya. Namun, ponselnya tidak aktif. "Saya sangat mengharapkan putri saya kembali," ucap Lilis dengan mata berkaca-kaca. Selama ini, dia mengaku Andini tidak pernah punya masalah dengan keluarga. Bahkan, putri saya ini tidak pernah bepergian jauh sendirian, kecuali bersama keluarga.

Beragam usaha sudah ditempuhnya untuk melacak keberadaan putrinya. Beberapa hari lalu, ia menggelar doa bersama di kediamannya, Jalan Perumahan Korpri Blok R-30, Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang. "Semua usaha sudah saya lakukan, termasuk orang pintar. Namun, hingga sekarang, anak saya belum kembali," ucapnya. Kemarin, untuk kelima kalinya, Lilis mendatangi Poltabes Samarinda. Ternyata, baru kemarin polisi membuatkan surat laporannya.

"Laporan saya hingga 4 kali kemarin hanya dianggap sekedar pemberitahuan. Baru hari ini saya mendapatkan surat laporan resmi," ucapnya. Dia sangat berharap kepada polisi untuk bisa menemukan putrinya kembali. Maraknya kabar penculikan lewat facebook belakangan ini tak dipungkiri ikut memengaruhi pikiran Lilis.

Tribun mencoba menelusuri keberadaan Andini lewat teman-teman dekatnya. Andika, teman sekelasnya, mengaku sering bermain facebook dengan Andini. "Jumat (12/2) kemarin, saya sempat bermain facebook dengannya. Ia bilang berada jauh, tidak di Samarinda lagi. Dan, ia bilang lagi bersama orangtua. Setelah itu, dia tak pernah online lagi," tutur bocah kelas VI B itu mengaku sedih kehilangan sahabat baiknya.

Tatik, Guru IPA, mengenal baik Andini. Menurutnya, Andini merupakan bocah yang baik, periang dan suka menolong. "Dia sering membawakan tas saya dan guru lainnya. Dia juga bergaul dengan baik dengan teman-temannya," ucap Tatik mengaku tahu kabar kehilangan Andini dari orangtuanya.

Pihak sekolah juga ikut membantu sebatas kemampuan mencarikan informasi keberadaan Andini lewat teman-teman sekelasnya. Namun, sejauh ini belum membawa hasil. "Saya berharap polisi bisa segera menemukan anak itu. Kasihan juga, apalagi sebentar murid kelas VI harus menghadapi ujian," ucapnya.



SISWA SMK DIDUGA JADI KORBAN FACEBOOK


JAKARTA (Pos Kota)- “Aecha Nazara, anakku sayang, Tolong pulang, Nak. Mama dan Papa sedih serta khawatir…” ratap Bernardus. Dia dibetot gundah-gulana plus kekhawatiran luar biasa karena anak perempuannya yang berusia 15 tahun itu menghilang sejak dua hari lalu. Aecha Nazara diduga menjadi korban teman dunia maya dijejaring sosial Facebook.
Menurut ayah tiga anak ini, putrinya biasa dipanggil Kaka, tidak pernah pergi dari rumah. Hanya satu pesan singkat yang disampaikan Aecha ke HP ibunya “Jangan cari saya, kaka ingin mandiri, kaka sayang mama.” Pesan perpisahan singkat serupa juga disampaikan kepada ayah dan teman-temannya.
Kecurigaan kepergian putrinya terkait dengan teman dunia maya di facebook karena beberapa bulan belakangan ini Aecha selalu sibuk dengan HP-nya, ketika ditanya sang ayah, remaja yang bersekolah di salah satu SMK di Jaktim ini berkata, “Main facebook, Pa,” tiru Bernadus, yang Rabu (17/2) sore datang ke Redaksi Pos Kota.
Beberapa jam sebelumnya Bernadus juga telah melaporkan putrinya yang hilang ini ke Polres Jakarta Pusat dengan No.Pol: 689/ B/11/2010/RES JP.
SERAGAM SEKOLAH
Anak kedua dari pasangan Bernadus,42, dan Yeni,37, ini hilang sejak Selasa 16 Febuari 2010, dengan memakai seragam sekolah dan tas hijau bulat besar. “Dia berangkat sekolah seperti biasa dan tidak kembali hingga kini, HP-nya juga sudah sulit untuk dihubungi, istri saya shock karena sangat khawatir,” tutur Bernardus.
Sebelum berangkat ke sekolah pada Selasa lalu, putrinya sempat mencari ijazah dan seluruh piagamnya pada Senin malam. “Saya gak curiga, katanya buat kegiatan sekolah. Tetapi setelah kejadian begini saya berpikir mungkin kepergiannya ini sudah direncanakan jauh-jauh hari,” lanjutnya.
Pihak keluarga kebingungan karena tidak ada permasalahan di rumah yang dapat menyebabkan kepergian Aecha secara tiba-tiba ini. “Tidak ada masalah apa-apa, saya dan istri makanya sangat khawatir dan bingung sekali. Saya juga tanya teman-teman sekolahnya katanya tidak ada masalah di sekolah atau antar temannya, semuanya biasa saja,” ungkap Bernardus.
Selain itu, Aecha tidak pernah mengenalkan siapapun sebagai pacar atau teman dekatnya. “Dia dekat sama mamanya, tetapi gak pernah cerita pacarnya,” katanya


KORBAN FACEBOOK DIHIPNOTIS TEMAN PRIANYA

SIDOARJO--MI: Stefani Abelina Napitupulu, 15, siswa SMA 22 Surabaya yang kabur dari rumahnya mengaku seperti dihipnotis oleh teman prianya yang dikenal lewat facebook. Hal ini yang menyebabkan dia menurut begitu saja ketika diajak teman prianya kabur dari rumah pada tanggal 7 Februari lalu.

Abel sendiri akhirnya baru pulang di rumahnya di Perumahan Town House blok 1 nomor 1 kelurahan Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, pada Senin malam (14/2). Sebelumnya, dia ditemukan berada di sebuah warnet di kawasan Rawamangun Jakarta Timur pada hari kamis (12/2). Dia kemudian dijemput bapaknya, Binsar M napitupulu, dan dibawa pulang.

Saat diajak kabur, Abel mengaku pikirannya seperti kosong. Dalam kondisi seperti dihipnotis, anak nomor dua pasangan Binsar M Napitupulu dan Shanti Sibarani ini menurut saja saat diajak teman prianya yang mengaku bernama Jeje bepergian ke Jakarta.

Bahkan, dia berani membohongi orang tuanya, karena saat itu mengaku akan melihat pertandingan basket Development Basketball League di Graha Pena Surabaya. Namun semenjak pamit tersebut, dia tidak pernah kembali ke rumah. Dan dalam pelarian selama enam hari tersebut, Abel juga tidak berani menghubungi kedua orang tuanya. "Saya hanya takut saja sehingga tidak berani menelepon bapak ibu. Tapi saya juga tidak diancam oleh teman saya di Jakarta," kata Abel kepada Media Indonesia, Selasa (15/2).

Abel mengaku sudah mengenal pria itu lewat facebook belum genap setahun. Dia saat ini masih duduk di bangku kelas 1 SMA dan memulai membuka facebook pada awal masuk sekolah. Dia biasa membukanya lewat handphone. Setelah pulang ke rumah, Abel mengaku kapok membuka facebook lagi. Dia berkeinginan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 22 Surabaya dan berencana masuk lagi pada Rabu (16/2)


FACEBOOK JEJARING KEJAHATAN

Liputan6.com, Jakarta: Korban berjatuhan akibat menggunakan situs pertemanan Facebook. Sejumlah remaja hilang atau bahkan dibunuh karena berhubungan dengan orang "asing" di dunia maya via Facebook. Media yang disebut-sebut sebagai situs jejaring sosial pun kini seolah berubah menjelma situs jerat sosial.

Awal Februari silam, remaja berusia 14 tahun Marieta Nova Triani kabur dari rumah kerabatnya di Serpong, Tangerang, Banten. Belakangan diketahui, Nova kabur bersama teman lelaki yang dikenalnya di Facebook dengan nama panggilan Arie Power. Di halaman Facebook pribadi Arie, terpampang foto Nova yang disebutnya Bundaqw.

Keluarga Nova kemudian melapor ke polisi. Tim Kejahatan dengan Kekerasan Kepolisian Daerah Metro Jaya akhirnya mengendus keberadaan Nova di rumah Arie di kawasan Jatiuwung, Tangerang. Arie pun dibekuk.

Mirip dengan kasus Nova, beberapa remaja perempuan juga menghilang dibawa kabur teman Facebook. Stefani Abelina, 15 tahun, menghilang dari rumahnya di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah berkenalan dengan seorang pemuda lewat Facebook. Abel akhirnya ditemukan orangtuanya di sebuah warung internet di kawasan Jakarta Timur.

Seorang pria di Tangerang juga ditangkap polisi setelah menculik enam remaja perempuan yang dikenalnya dari Facebook.

Nasib Ainun Nimah lebih nahas lagi. Warga Desa Kuawaron, Kecamatan Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, itu ditemukan tewas di Jambi, setelah menemui seorang teman Facebook. Menurut keluarga, almarhum sempat bercerita tentang calon suaminya yang dikenal lewat Facebook.

Dunia esek-esek alias prostitusi juga seolah mendapat tempat yang pas di Facebook. Dengan situs mesin pencari, mudah ditemukan grup Facebook yang menyediakan jasa pemuas napsu syahwat. Tak hanya melalui grup, pekerja seks komersial dunia maya pun memasang halaman pribadi Facebook untuk menjaring konsumen.

Pemerintah bereaksi. Kementerian Komunikasi dan Informatika mengeluarkan Rancangan Peraturan Menkominfo tentang Konten Media (RPM Konten). Permenkominfo itu akan melarang pendistribusian, transmisi, dan penyediaan akses terhadap konten-konten pornografi, sesuatu yang berlawanan dengan kesusilaan, perjudian, dan penghinaan.

Namun penerbitan RPM Konten ini langsung menuai protes pengguna internet di Tanah Air. Protes setidaknya diwakili para pengguna Facebook, yang membentuk sebuah kelompok dengan nama "Tolak RPM Konten". Hingga awal pekan silam, pendukung gerakan ini mencapai 5.519 orang.

Memang tak bisa dipungkiri. Facebook juga memiliki banyak sisi positif bagi masyarakat. Semua orang di belahan dunia manapun saling terhubunga. Kawan serta sahabat lama yang sudah lama tak diketahui kabarnya bisa ditemukan dan komunikasi bisa terjalin kembali secara intens.

Manfaat inilah yang membuat Facebook mewabah di Indonesia, seperti di kebanyakan negara lain di dunia. Khusus untuk Indonesia, pengguna situs ini tumbuh demikian cepat. Pertumbuhan pengguna Facebook asal Indonesia pun tercatat kedua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Pada awal tahun ini saja, jumlah pengguna Facebook di Indonesia mencapai 15 juta orang.

Mulai anak-anak, yang sebenarnya dilarang pengelola Facebook membuat akun, hingga remaja dan dewasa merasakan dampak positif situs jejaring sosial yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini.

Ironisnya, menurut sosiolog dari Universitas Indonesia Kahardityo, jangkauan pertemanan yang meluas melampaui batas ruang dan waktu via Facebook justru cenderung membuat pengguna menjadi antisosial dengan lingkungan sosial terdekat. Banyak waktu tersita menjalin pertemanan dengan seseorang yang jauh secara geografis. Sementara hubungan dengan keluarga dan tetangga justru kian menjauh.

Pengusaha warnet juga harus mampu melindungi pengguna dari ancaman kejahatan Facebook. Seperti dikatakan Ketua Asosiasi Warnet Indonesia Irwin Day, di warnetlah biasanya seorang remaja lepas kontrol dan lupa waktu mengakses Facebook.

Namun peran orangtua dan guru pun dibutuhkan anak. Pelatihan internet untuk guru, misalnya, diharapkan memberikan bekal bagi para guru menghadapi siswa yang kecanduan Facebook. Memang sulit membendung teknologi dan arus informasi di dunia maya. Namun sudah saatnya masyarakat menggunakan situs jejaring pertemanan ini dengan lebih bijak

Nah, mengingat sangat banyaknya kasus yang terjadi belakangan ini, maka selayaknya kita lebih mawas diri dan pintar memilih serta memilah teman, tidak hanya di dunia maya saja.
untuk para orang tua, jangan terlalu membebaskan putra-putrinya untuk bergaul di dunia maya, pantau terus jangan sampai lengah.

dari berbagai sumber